Selasa, 05 Juli 2011

Menulis adalah bukti tertulis bahwa aku pernah hidup

Menulis adalah sebuah bukti tertulis bahwa aku pernah hidup.
Kehidupan…
Kehidupan adalah misteri layaknya sebuah puzzle yang harus disusun agar kita mengetahui apa arti dari susunan puzzle tersebut.
Kehidupan adalah pembelajaran dimana seseorang harus belajar dan memahami apa tujuan dan makna dia bisa menjalani hidup.
Setiap hembusan nafas, denyut nadi dan detak jantung adalah satu tanda bahwa kita masih diberi kesempatan untuk mengenal apa arti dari sebuah kehidupan.
Manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan yang sangat sempurna.
Manusia diberi akal untuk berpikir, diberi tangan untuk menggenggam, diberi kaki untuk melangkah, diberi mata untuk melihat, diberi telinga untuk mendengar dan diberi mulut untuk berbicara.
Manusia juga dikaruniai angan, asa dan harapan dalam meraih semua keinginan dan cita-citanya.
Setiap manusia pasti mendambakan arti sebuah kesuksesan dalam hidupnya. Sukses dalam arti dirinya bisa merasakan keberhasilan dalam usaha meraih keinginan yang diharapkan.
Sukses? Apakah arti dari kata sukses tersebut?
Kadang kita berpikir sukses adalah hasil akhir. Sukses adalah tujuan yang harus kita raih.
Pernah aku beranggapan jika sukses adalah suatu proses. Sebuah proses dalam menentukan hasil dan tujuan akhir. Namun aku melupakan satu kata disamping kata sukses itu sendiri, satu kata yang sangat ingin dihindari oleh semua orang. Satu kata yang bisa menjadikan manusia terjatuh dalam keterpurukan. Satu kata kegagalan yang selalu identik dengan awal dari kehancuran.
Kegagalan menurutku tidak selalu berkonotasi sebagai suatu hal yang buruk.
Dalam diam aku sudah gagal.
Aku menjadi manusia yang tidak berguna. Aku seakan menjadi sebuah boneka negatif karena kata gagal itu sendiri.
Terpuruk, terjerambab…
Kadang ingin membenci diri sendiri…
Kadang ingin mengakhiri diri sendiri…
Merasa Tuhan sangat tidak adil. Padahal sampai saat ini Tuhan masih memberikan karunia kehidupan padaku. Padahal sampai sekarang aku masih bisa merasakan kasih sayang yang kudapat dari anggota keluargaku yang dengan tulus menyayangiku.
Lalu apakah aku sudah gagal?
Jawabannya iya. Aku memang sudah gagal. Tapi aku belum berakhir. Ya, kehidupanku belum berakhir sampai disini.
Karena Tuhan sangat menyayangiku. Bukankah Tuhan Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk hamba-hambanya. Kita sebagai hamba seharusnya berpikir jika kita hidup itu hanya untuk mengabdikan diri kita sepenuhnya kepada Sang Maha Pencipta kita.
Tuhan pasti tahu apa yang memang seharusnya aku butuhkan bukan memenuhi apa yang aku inginkan.
Saat ini mungkin semua orang sudah merasa sukses dalam meraih asa dan harapannya. Sedangkan aku? Aku hanya bisa menata kehidupanku dalam diam, hening, sunyi dan sepi.
Tak ada penerangan yang mampu menjadi petunjuk arahku dalam kegelapan yang menyelimutiku sekarang.
Aku hilang arah…
Aku gelap tujuan…
Tapi aku juga manusia yang diberkahi kesempurnaan oleh Tuhan. Sempurna yang bukan hanya sekedar dari bentuk fisik semata.
Sempurna yang bukan dilihat dan dinilai dari kecantikan paras atau ketampanan yang menawan.
Tapi aku manusia sempurna yang bisa berpikir dengan menggunakan akal yang dianugerahkan Tuhan untukku. Aku bisa menulis dengan menggunakan kedua tangan yang dikarunia Tuhan untukku.
Meski ragaku diam. Meski fisikku terpaku. Namun otak dan tanganku bisa bergerak menuntunku merangkai untaian kata yang terbentuk dalam kerangka sebuah cerita.
Dengan menulis aku bisa mencurahkan semua isi dan angan yang tersirat dalam hati dan pikiranku.
Aku bebas berekspresi menuangkan hasil karya imajinasiku. Aku bisa menciptakan dunia yang ku ciptakan sendiri. Dalam dunia cerita dimana aku yang menjadi 'owner' di dunia yang hanya ada aku.
And Writing is my world…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar